Translate

PENGIKUT

PROFIL SAYA

Foto saya
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia
Lahir di Palembang pada 25 April 1954. Sekarang berdomisili di Yogyakarta. Situs yg dikelola: 1.Halaman facebook "Nuansa Spiritual" (facebook.com/mharunnoengtjik); 2. Blogger "al-Qur'an dan Sains" (mharunn.blogspot.com); 3. Blogger "MHarunN's Tweet" (mhntweet.blogspot.com); 4. Blogger "Advokasi Hukum" (mharunn2.blogspot.com); 5. User Facebook "Muhammad Harun" (facebook.com/harunmhmmd); 6. User Twitter MHarunN (@MHarunN); 7. User You Tube "MHarunN"; dll.

Senin, 26 September 2011

JIWA MANUSIA

pollsb.com
Alquran dan Sains: Jiwa Manusia
Jiwa manusia (ilustrasi)

Republika Online

Senin, 08 Agustus 2011 07:30 WIB

Oleh: DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal


Pada masa lalu, tabir yang menyelimuti misteri jiwa manusia, masih sulit untuk disingkap, hingga para ilmuwan dibuat bingung karenanya. Mereka mendapatkan kesulitan untuk mengetahui hakikat dari jiwa manusia, fungsi dan mekanisme kerjanya dalam merespon dan memberikan reaksi atas berbagai masalah yang datang dari luar dirinya.

Namun dengan kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kejiwaan, para ilmuwan sedikit demi sedikit dapat mengetahui rahasia di balik misteri itu. Pada awalnya, ilmu kejiwaan menitikberatkan pada pembahasan tentang fungsi jiwa dalam memahami hubungan antara berbagai perasaan yang dialami manusia dan respon terhadap perasaan-perasaan itu dengan pengaruh yang datang dari luar dirinya.

Dalam upaya untuk mengenal lebih lanjut tentang jiwa manusia ini, para ahli jiwa dihadapkan pada berbagai pertanyaan, diantaranya: Apakah tanpa perasaan (syu‘ur) yang dimilikinya, indera manusia bisa merespon semua pengaruh yang datang dari luar dirinya (ihsaas)? Apakah perasaan dan alat indera itu saling berkaitan dan saling melakukan intervensi? Dalam memberikan reaksi atas pengaruh yang datang dari luar dirinya, apakah jiwa yang berperan atau sistem syaraf?

Dengan kemajuan yang dicapai dalam bidang ilmu kejiwaan ini, misteri tentang jiwa manusia ini sedikit terkuak. Berdasarkan penelitian, disimpulkan bahwa bagian tubuh yang mengontrol perasaan manusia dan kehendak untuk merespon pengaruh eksternal dan internal yang menimpa diri manusia, adalah jiwa yang dimilikinya.

Hal itu terjadi berdasarkan instuisi (pengetahuan) yang terdapat di dalam dasar jiwanya. Dengan adanya pengetahuan ini, jiwa mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan terhadap segala hal yang menimpa dirinya.
Namun kemampuan untuk mengambil keputusan ini, antara satu individu dengan individu yang lainnya berbeda, tergantung kepada pengetahuan yang terdapat di dasar jiwa masing-masing dan kecepatan dirinya dalam mensintesiskan pengetahuan itu dengan pengaruh yang datang kepadanya. Termasuk juga kekuatan sistem syaraf yang dimilikinya.

Berdasarkan hal di atas, kita dapat memahami hubungan antara jiwa dan sistem syarat serta fungsi dari berbagai indera yang dimiliki manusia, sebagai hubungan perpaduan yang menakjubkan. Di mana sel-sel syaraf berfungsi untuk mengantarkan pengaruh yang datang dari luar, untuk dikelola dan dipahami oleh otak dengan bantuan pengetahuan yang dimiliki jiwa, sehingga respon yang muncul dalam menyikapi pengaruh yang datang dari luar tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan dapat dilaksanakan oleh alat inderanya.
Hal ini sesuai dengan yang digambarkan oleh Alquran sejak 14 abad yang lalu, di dalam ayat yang berkaitan dengan jiwa manusia. Allah SWT dalam surah Asy-Syams ayat 7 dan 8 berfirman: "Dan jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya."

Ayat di atas memberikan isyarat, bahwa jiwa manusia memiliki kemampuan untuk menyeleksi berbagai kemungkinan dari keputusan yang akan diambilnya, baik itu bersifat baik atau jahat. Hal itu didasarkan atas ilham yang diberikan Allah SWT kepadanya dalam bentuk pengetahuan (intuisi) yang memungkinkan dirinya menghadapi berbagai masalah yang dihadapinya.

Dalam ayat di atas juga, Allah SWT menjelaskan bahwa jiwa manusia telah disempurnakan-Nya. Dan kesempurnaan yang dimaksud dalam ayat ini, adalah kebebasan mutlak yang dimiliki jiwa untuk memilih apa yang dikehendakinya, di mana ia tidak dapat dipaksa untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya.

Dalam ayat 53 dari surah Yusuf, Allah SWT berfirman: "Karena sesungguhnya jiwa itu selalu menyuruh kepada kejahatan."

Ayat di atas secara gamblang menyebutkan bahwa jiwa mempunyai kebebasan untuk memilih, yaitu terbukti dengan seruannya untuk melakukan kejahatan. Dan ini adalah sebagian dari sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh jiwa. Di bagian lain dari Alquran yang terdapat pada surah Al-Qiyamah ayat 2, Allah SWT berfirman tentang sifat lain yang dimiliki jiwa: "Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)."

Penyesalan yang diderita jiwa, merupakan salah satu bentuk dari kebebasan yang dimilikinya untuk memilih dan menyeleksi berbagai kemungkinan yang dapat diambilnya. Bahkan dalam ayat lain yang terdapat dalam Al-Quran, dijelaskan bahwa jiwa bisa menjadi pendorong dari pembunuhan yang dilakukan manusia. Allah SWT berfirman tentang kisah dua orang anak Nabi Adam: "Maka jiwa Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya."

Berdasarkan ayat ini, jiwa manusia bisa memiliki keinginan untuk melakukan pembunuhan. Bahkan dalam kasus Qabil, jiwanya yang mengomandoi seluruh anggota tubuhnya untuk melaksanakan pembunuhan saudaranya. Dari situ, kita juga dapat menyimpulkan bahwa jiwa memiliki kebebasan dalam mengarahkan seluruh anggota tubuh untuk mengambil sikap tertentu sebagai respon dan reaksi atas pengaruh yang datang dari luar dirinya melalui berbagai alat indera yang dimilikinya.

Hal yang sama kita dapatkan juga dalam kisah Nabi Ya’kub yang mencela anak-anaknya, ketika mereka sekonyong-konyong datang pada suatu malam dan memberitahukannya bahwa serigala telah memakan Yusuf, anaknya.

Mendengar itu, Nabi Ya’kub yang mengetahui bahwa anak-anaknya berbohong, berkata kepada mereka sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surah Yusuf ayat 18: "Sebenarnya jiwamu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu, maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan."
Dan dalam ayat 185 dari surah Ali Imran, Allah SWT berfirman tentang apa yang akan menimpa jiwa manusia: "Tiap-tiap (yang ber)jiwa akan merasakan mati."
Berdasarkan semua hal di atas, jelaslah bagi kita, bahwa jiwa memiliki hubungan dengan panca indera. Hal mana tidak diketahui oleh ilmu pengetahuan modern, kecuali beberapa dekade yang lalu.

Redaktur: cr01
Sumber: Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Alquran dan Sunnah

KONTROL ATAS KEHENDAK

networkedblogs.com
Alquran dan Sains, Kontrol atas Kehendak Manusia
Ubun-ubun (ilustrasi)

Republika Online

Selasa, 09 Agustus 2011 08:26 WIB

Oleh: DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal


Setiap orang dari kita, tentunya mampu untuk berkata-kata dan mengucapkan beragam kalimat sekaligus memahami maksud dari apa yang diucapkannya. Setiap orang juga tentunya memiliki kebebasan untuk berpendapat tentang suatu hal dengan sudut pandang. Namun selama itu, kita tidak mengetahui bagaimana sebenarnya cara pengontrolan atas mekanisme biologis tersebut.

Berkat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan otak dan sistem syaraf, barulah kita memahami mekanisme biologis ini yang atasnya didasarkan setiap gerakan dan tindakan manusia.

Untuk dapat memahami kinerja mekanik ini, maka sudah sepatutnya bagi kami untuk memberikan penjelasan bahwa aktifitas dan fungsi berbagai organ tubuh, jaringan sel dan sel, secara sempurna telah diatur oleh satu pusat pengontrolan yang terdapat di otak yang mengendalikan semua aktifitas ini melalui jaringan dan sistem syaraf tubuh.

Pertama kali, kami akan menjelaskan tentang beberapa bagian otak. Otak manusia terbagi atas beberapa bagian, yaitu, bagian belakang kepala (occiput), bagian pelipis, bagian dinding dan bagian dahi atau kening.

Kening ini biasanya disebut juga dengan ubun-ubun (naashiyah). Dan berdasarkan ilmu fisiologi (ilmu tentang fungsi anggota badan) didapatkan, bahwa otak yang terdapat di bagian ini, memiliki fungsi dalam mengontrol aktifitas berbicara, pembentukan kalimat, pemahaman makna atas kalimat-kalimat yang terucap dan penerjemahannya kepada tindakan atau aksi.

Untuk membuktikan hal itu, telah dilakukan eksperimen pengangkatan ubun-ubun ini, untuk diketahui pengaruhnya terhadap fungsi kontrolnya dalam membentuk kata-kata dan pemahaman atas maknanya. Bukti dari penelitian itu memberikan petunjuk yang jelas bahwa fungsi kontrol itu hilang, ketika operasi pengangkatan ubun-ubun dilakukan.

Bukti dari penelitian tersebut didapatkan para ilmuwan, setelah melakukan ekperimen berkali-kali. Padahal Alquran secara tepat dan padat telah membicarakannya. Allah SWT dalam surah Hud ayat 56 berfirman: "Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya."
Ayat di atas memberikan gambaran dengan jelas, bahwa ubun-ubun merupakan pusat pengendalian berbagai fungsi anggota tubuh. Dalam bagian lain, Alquran menceritakan tentang ragam lain dari fungsi ubun-ubun ini. Dalam surah Al-Alaq ayat 16, Allah SWT berfirman: "(Yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka."

Kata ‘mendustakan’ pada ayat di atas berarti ucapan dan kata-kata. Dan kata ‘durhaka’ berarti aksi atau tindakan. Ungkapan Alquran ini, adalah merupakan kata yang paling tepat dan padat yang menceritakan tentang fungsi dari ubun-ubun ini.


Redaktur: cr01
Sumber: Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Alquran dan Sunnah

Senin, 19 September 2011

PERASAAN

vichyconsult.com
Alquran dan Sains: Perasaan
Saraf kulit (ilustrasi)

<> Republika Online
<> Rabu, 10 Agustus 2011 15:55 WIB
<> Oleh: DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal

<> Perasaan adalah merupakan nikmat besar yang diberikan Allah SWT kepada semua makhluk hidup. Bagian tubuh yang berfungsi untuk mengontrol sisi ‘perasaan’ ini adalah sistem saraf yang mempunyai struktur dan jaringan yang sangat rumit.

Antara satu makhluk hidup dengan makhluk hidup yang lainnya, terdapat perbedaan dalam sistem jaringan sarafnya, tergantung kepada tingkat kinerja dan fungsi makhluk tersebut dalam kehidupannya. Karenanya, kita akan mendapatkan pada sebagian makhluk, sistem saraf yang dimilikinya, merupakan jaringan sel-sel saraf yang sederhana.

Jaringan sel-sel saraf yang paling rumit, adalah sistem saraf yang terdapat pada manusia, di mana pada organ tubuh manusia terdapat sel-sel saraf yang terpusat di otak. Disamping ia juga memiliki jaringan sel saraf yang tersebar di seluruh tubuh. Sel-sel saraf ini terbagi-bagi berdasarkan fungsi yang dimilikinya yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya.

Setiap sel saraf tidak bisa bendiri sendiri dalam menerima sinyal yang datang dari luar, juga dalam mengantarkan dan meresponnya. Sebagai contoh, di lapisan permukaan kulit, terdapat sel saraf yang berfungsi untuk menerima sinyal dari luar tubuh (saraf sensorik) yang dibawanya ke sumsum tulang belakang. Kemudian sinyal itu di bawa ke otak, melalui sel saraf perantara. Di mana selanjutnya sinyal itu setelah diolah secara cepat dan tepat oleh sel saraf pusat, langsung berbalik ke otot yang menimbulkan gerakan tertentu.

Seandainya tidak terdapat sel saraf di lapisan permukaan kulit ini, maka sinyal-sinyal yang datang dari luar tubuh tidak bisa dirasakan, meskipun bisa diterima. Karena sel saraf di kulit, tidak mempunyai kemampuan untuk memahami sinyal yang ditangkapnya, apalagi untuk mengolah dan merespon balik sinyal tersebut. 

Demikianlah sel-sel saraf yang terdapat di seluruh bagian tubuh berfungsi untuk mengirim sinyal-sinyal yang datang melaluinya ke sel saraf lainnya yang bertugas untuk mengidentifikasikan sinyal tersebut dan menerjemahkannya, sehingga otak melalui sel saraf motorik, secara cepat dapat memberikan instruksi kepada organ tubuh untuk merespon sinyal tersebut, baik dengan menjauhinya ataupun mendekatinya. Kehilangan salah satu sel saraf tersebut dapat mengganggu kegiatan otak dalam merespon setiap sinyal yang datang dari luar tubuh.

Para ahli untuk dapat mengetahui secara pasti tentang sistem jaringan sel saraf ini, telah melakukan banyak penelitian di laboratorium-laboratorium mereka. Padahal Alquran telah memberikan petunjuknya tentang hal ini dalam ungkapan yang singkat namun padat, sejak 14 abad yang lalu.

Yaitu pada firman Allah SWT yang terdapat pada surah An-Nisa ayat 56: "Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Ayat di atas yang membicarakan tentang azab yang akan dirasakan oleh orang-orang kafir di hari kiamat, menegaskan, bahwa hal tersebut akan dilakukan melalui kulit atau sel-sel saraf yang terdapat di bawah permukaan kulit. Ketika kulit berikut sel-sel sarafnya telah hangus dan kehilangan sensitifitasnya, maka supaya orang-orang kafir terus merasakan azab, Allah perbaharui kulit mereka. Demikian seterusnya.
Redaktur: cr01
Sumber: Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Alquran dan Sunnah

KBI-23


<> 19 September 2011

<> 'Aidh al-Qarni mengatakan: "Orang yang membaca biografi orang-orang besar pasti bisa mengambil beberapa faedah yang berguna. Antara lain:

... 1. Bahwa nilai manusia adalah terdapat dalam perbuatan baik yang dia lakukan. Kalimat ini adalah ungkapan Ali bin Abi Thalib yang maknanya adalah bahwa ilmu pengetahuan manusia, adab kesopannya, ibadah, kedermawanan serta akhlak dan moralitasnya adalah nilai dirinya yang sebenarnya dan bukan wajah, gaya dan kedudukannya;

2. Manusia itu diilai sesuai semangat, kepedulian, usaha keras dan pengorbanannya untuk mencapai posisinya, dan kemuliaan itu tidak cuma-cuma."

Sabtu, 17 September 2011

HARUN YAHYA, "RELATIVITAS (WAKTU) DALAM AL-QUR'AN"

Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern membawa kita pada kesimpulan bahwa waktu tidak bersifat absolut seperti anggapan materialis, tetapi merupakan persepsi relatif. Sangat menarik bahwa fakta yang baru terungkap oleh ilmu pengetahuan pada abad ke-20 ini, telah disampaikan dalam Al Quran kepada manusia 14 abad yang lalu.
Waktu adalah persepsi psikologis yang dipengaruhi oleh peristiwa, tempat dan kondisi. Fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah ini dapat kita temukan pada banyak ayat Al Quran. Sebagai contoh, Al Quran menyatakan bahwa masa hidup seseorang sangat pendek:
Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja. (QS. Al Israa', 17: 52)
Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja di siang hari; (di waktu itu) mereka akan saling berkenalan. (QS. Yunus, 10: 45)
Beberapa ayat menunjukkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda dan kadang-kadang manusia bisa menganggap suatu periode yang sangat pendek sebagai periode yang sangat panjang. Contoh yang tepat adalah dialog antara beberapa manusia yang terjadi di saat pengadilan mereka di hari kiamat:
Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui." (QS. Al Mu'minuun, 23: 112-114)
Dalam beberapa ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa di tempat yang berbeda, waktu dapat mengalir dengan cara berbeda pula:
Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-sekali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS. Al Hajj, 22: 47)
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (QS. Al Ma'aarij, 70: 4)
Ayat-ayat ini mengungkapkan dengan jelas perihal relativitas waktu. Fakta yang telah disampaikan kepada manusia sekitar 1.400 tahun yang lalu ini baru dimengerti oleh ilmu pengetahuan pada abad ke-20. Hal ini menunjukkan bahwa Al Quran diturunkan oleh Allah, Dia yang meliputi seluruh ruang dan waktu.
Banyak ayat Al Quran lainnya menunjukkan bahwa waktu adalah persepsi. Hal ini terlihat jelas terutama dalam kisah-kisah Al Quran. Sebagai contoh, Allah telah membuat Ashhabul Kahfi (Penghuni-penghuni Gua) — sekelompok orang beriman yang disebutkan dalam Al Quran — tertidur lelap selama lebih dari tiga abad. Ketika terbangun, mereka mengira telah tertidur sebentar tetapi tidak dapat memastikan berapa lama:
Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, kemudian kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu). (QS. Al Kahfi, 18: 11-12)
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?" Mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari. Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui…" (QS. Al Kahfi, 18: 19)
Keadaan yang diceritakan dalam ayat di bawah ini juga membuktikan bahwa sesungguhnya waktu adalah persepsi psikologis.
Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atap-atapnya. Dia berkata, "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah roboh?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah berkata, "Berapa lamakah engkau tinggal di sini?" Dia berkata, "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman, "Sebenarnya engkau telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah makanan dan minumanmu yang tidak tampak berubah; dan lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang); Kami akan menjadikanmu tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Dan lihatlah tulang belulang keledai itu, bagaimana kami menyusunya kembali, kemudian kami menutupinya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati), diapun berkata, "Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Baqarah, 2: 259)
Ayat di atas dengan jelas menekankan bahwa Allah-lah yang menciptakan waktu, dan keberadaan-Nya tidak terbatasi oleh waktu. Di sisi lain, manusia dibatasi oleh waktu yang ditakdirkan Allah. Sebagaimana dikisahkan dalam ayat di atas, manusia bahkan tidak mampu mengetahui berapa lama ia tertidur. Dalam keadaan seperti ini, menyatakan bahwa waktu adalah absolut (sebagaimana dikatakan materialis) merupakan hal yang tidak masuk akal.

Selasa, 13 September 2011

MAKHLUK HIDUP YANG TERLIHAT DAN TIDAK TERLIHAT

kimia.upi.edu
Alquran dan Sains: Makhluk Hidup yang Terlihat dan tak Terlihat
<> Atom modern (ilustrasi) <>
 
<> Republika Online <>
<> Kamis, 11 Agustus 2011 08:21 WIB <>
<> Oleh: DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal <>

Sejak pertama kali diturunkan ke bumi, manusia meyakini bahwa interaksi mereka hanya terbatas dengan apa yang dapat mereka lihat saja. Baik dengan berbagai jenis makhluk hidup maupun benda mati yang ada di lingkungannya yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan mereka, sebagaimana mereka mempunyai pengaruh terhadap makhluk-makhluk itu.

Mereka tidak mengetahui, bahwa di luar apa yang mereka lihat, terdapat kehidupan makhluk hidup lainnya yang sama-sama menempati bumi yang mereka diami. Makhluk hidup ini dapat terpengaruh oleh mereka dan begitu juga sebaliknya. Hubungan dan interaksi di antara keduanya pun bisa berbentuk hubungan yang saling memanfaatkan atau saling membahayakan. Atau bermanfaat bagi satu pihak dan berbahaya bagi pihak lain.

Dan manusia, meskipun ia tidak mampu untuk melihat dan mengetahui kehidupan makhluk tak terlihat ini, namun tidak dapat menutup kemungkinan bahwa pengaruh dari makhluk ini mungkin dapat membahayakan jiwa dan kehidupannya.
Itulah realitas kehidupan di bumi ini, yang tidak diketahui oleh manusia, kecuali dalam beberapa dekade terakhir. Berkat kemajuan ilmu pengetahuan, yaitu dengan ditemukannya alat pembesar (mikroskop) yang dapat membesarkan obyeknya ratusan juta lebih besar dari ukuran aslinya, mulailah manusia mengetahui secara pasti bahwa di luar apa yang mereka lihat (dengan mata mereka sendiri), terdapat banyak makhluk hidup yang memiliki struktur tubuh dan fungsinya masing-masing dan bahkan dapat mereka manfaatkan untuk kehidupan mereka.

Kalau kita melihat ke dalam Alquran, maka kita akan mendapatkan bahwa Alquran telah mendahului mikroskop dalam membuka tabir yang menyelimuti kehidupan makhluk-makhluk yang berukuran super kecil itu. Di mana kita dapatkan dalam surah Al-Haqah ayat 38-39, Allah SWT berfirman: "Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat."
Redaktur: cr01
Sumber: Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Alquran dan Sunnah

Senin, 12 September 2011

TANDA PENGENAL MANUSIA PADA SIDIK JARI



Tanda Pengenal Manusia pada Sidik Jari



Setiap orang, termasuk mereka yang terlahir kembar identik, memiliki pola sidik jari yang khas untuk diri mereka masing-masing, dan berbeda satu sama lain. Dengan kata lain, tanda pengenal manusia tertera pada ujung jari mereka. Sistem pengkodean ini dapat disamakan dengan sistem kode garis (barcode) sebagaimana yang digunakan saat ini. 

Saat dikatakan dalam Al Qur'an bahwa adalah mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematiannya, pernyataan tentang sidik jari manusia secara khusus ditekankan:
"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (Al Qur'an, 75:3-4)
Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus. Ini dikarenakan sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain.
Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia.
Akan tetapi, yang penting adalah bahwa keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-19. Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Al Qur'an, Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang. 

Sumber: Keajaibanal-Quran.com

PENGETAHUAN AL-QUR'AN

PENGETAHUAN AL QUR'AN

Semua yang telah kita pelajari sejauh ini memperlihatkan kita akan satu kenyataan pasti: Al Qur'an adalah kitab yang di dalamnya berisi berita yang kesemuanya terbukti benar. Fakta-fakta ilmiah serta berita mengenai peristiwa masa depan, yang tak mungkin dapat diketahui di masa itu, dinyatakan dalam ayat-ayatnya. Mustahil informasi ini dapat diketahui dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masa itu. Ini merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah perkataan manusia.
Al Qur'an adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dalam sebuah ayat, Allah menyatakan dalam Al Qur'an "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (Al Qur'an, 4:82) Tidak hanya kitab ini bebas dari segala pertentangan, akan tetapi setiap penggal informasi yang dikandung Al Qur'an semakin mengungkapkan keajaiban kitab suci ini hari demi hari.
Apa yang menjadi kewajiban manusia adalah untuk berpegang teguh pada kitab suci yang Allah turunkan ini, dan menerimanya sebagai satu-satunya petunjuk hidup. Dalam salah satu ayat, Allah menyeru kita:
"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al Qur'an, 6:155)
Dalam beberapa ayat-Nya yang lain, Allah menegaskan:
"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." (Al Qur'an, 18:29)
"Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya." (Al Qur'an, 80:11-12)

Sumber: Harun Yahya dalam KeajaibanAlquran.Com

H. AHMAD SUHARTO, "KEUTAMAAN SHALAT"


MEKANISME PENGLIHATAN

tutorvista.com
Alquran dan Sains: Mekanisme Penglihatan
Diagram mata (ilustrasi)

Repubilka Online

Jumat, 12 Agustus 2011 13:49 WIB

Oleh: DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal


Pada masa lalu, orang-orang berkeyakinan bahwa penglihatan terjadi sebagai akibat dari sinar yang keluar dari mata yang menimpa obyek suatu benda, sehingga benda itu dapat terlihat oleh mata. Namun setelah adanya perkembangan ilmu pengetahuan, khsususnya yang berkaitan dengan ilmu fisiologi mata, keyakinan itu, dipastikan keliru.

Penelitian yang dilakukan berdasarkan analisa organ mata membuktikan bahwa penglihatan tidak hanya terjadi sebagai akibat dari cahaya yang keluar dari mata dan jatuh menimpa obyek suatu benda, tapi juga didasarkan pada sinar yang dipantulkan oleh obyek tersebut kepada mata.

Proses pemantulan sinar itu, dalam setiap gelombang sinarnya, berlangsung berdasarkan salah satu warna dari tujuh warna pembentuk sinar matahari, yaitu merah, biru, kuning, violet, oranye, hijau dan biru. Tanpa bantuan sinar matahari proses penglihatan tidak bisa dilakukan.

Karenanya, sinar matahari merupakan unsur terpenting bagi proses penglihatan. Dalam keadaan gelap gulita, seseorang tidak dapat melihat sesuatu, karena gelombang atau radiasi warna sinar matahari tidak dapat tertangkap oleh retina, sehingga mata tidak dapat mengambil sinar tersebut untuk melihat obyek benda yang ada di hadapannya.

Atas dasar ini, para ilmuwan berusaha untuk menemukan solusi atas problema ini, dengan meniru sistem penerangan di alam semesta, yaitu dengan menciptakan sistem penyinaran pengganti sinar matahari, sehingga ketika sinar matahari tidak terlihat, manusia masih dapat melihat dengan bantuan sinar buatan tersebut. Dan sebagai hasil dari usaha mereka, kita mendapatkan beragama jenis alat penyinaran, seperti beragam lampu listrik yang diciptakan berdasarkan teknologi tinggi.

Dengan adanya sinar buatan ini atau sinar matahari, proses penglihatan pun bisa terus berlangsung. Secara singkat, proses penglihatan terjadi, ketika suatu sinar yang membawa sinyal dari suatu obyek benda menimpa retina mata dan menggerakkan protein yang terdapat di permukaannya.

Oleh protein ini, sinyal tersebut dikirim melalui sel saraf penglihatan ke pusat saraf penglihatan yang terdapat di otak untuk menerjemahkan sinyal yang diterimanya dalam bentuk perintah yang harus dikerjakan oleh organ tubuh, sebagai respon atas sinyal tersebut.

Tentang hakikat dari mekanisme penglihatan ini dan peranan penting sinar matahari, belum diketahui oleh orang-orang, kecuali setelah adanya kemajuan di bidang fisiologi mata pada era sains ini. Padahal Alquran telah memberikan petunjuknya tentang hal ini, sejak 14 abad yang lalu.

Dalam surah Al-Israa ayat 12, Allah SWT berfirman: "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu (sinar) yang menerangi."

Ungkapan yang menyatakan bahwa siang berfungsi untuk memberikan penerangan dalam firman Allah "dan Kami jadikan tanda siang itu (sinar) yang menerangi" menegaskan hal di atas. Sebagai buktinya, kita dapatkan penggunaan kata subyek ‘mubshir’ yang mengandung arti bahwa siang adalah sumber bagi sinar tersebut.

Tentunya hal ini tidak bertentangan dengan peranan besar yang dimiliki mata dalam proses penglihatan. Karena mata inilah yang menerima dan menangkap sinar yang jatuh dan mengantarkan sinyalnya ke pusat saraf penglihatan yang terdapat di otak melalui sel-sel saraf penghantar. Dalam surah Al-Haaqah ayat 38-39, Allah SWT berfirman: "Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat."

Kalau kita perhatikan, ayat di atas merupakan bukti kuat bagi peranan penting yang dimiliki mata dalam proses penglihatan. Disamping juga merupakan bukti bahwa mata memiliki kemampuan untuk menerima sinar yang ditangkap oleh retinanya, sehingga ia dapat melihat. Sebagaimana yang dimaksud oleh bagian ayat: "dengan apa yang kamu lihat".

Sekaligus bukti bahwa mata tidak mampu untuk menangkap jenis sinar yang lain, yang terlalu kuat atau terlalu lemah, sehingga ia tidak mampu untuk melihat. Ini sesuai dengan bagian ayat yang terakhir: "Dan dengan apa yang tidak kamu lihat."
Redaktur: cr01
Sumber: Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Alquran dan Sunnah

Minggu, 11 September 2011

KBI-22

Kebahagiaan adalah Anda merasa aman dengan diri, masa depan, keluarga, dan kehidupan Anda sendiri. Dan semua itu terhimpun dalam keimanan, ridha kepada Allah, ridha terhadap ketentuan-Nya, dan qana'ah. ('Aidh al-Qarni)

Masjid Alaska

DR. WASHITA DAN UST. AZHAR


TEORI DENTUMAN BESAR (BIG BANG) DAN AJARANNYA

Persoalan mengenai bagaimana alam semesta yang tanpa cacat ini mula-mula terbentuk, ke mana tujuannya, dan bagaimana cara kerja hukum-hukum yang menjaga keteraturan dan keseimbangan, sejak dulu merupakan topik yang menarik.

Pendapat kaum materialis yang berlaku selama beberapa abad hingga awal abad ke-20 menyatakan, bahwa alam semesta memiliki dimensi tak terbatas, tidak memiliki awal, dan akan tetap ada untuk selamanya. Menurut pandangan ini, yang disebut "model alam semesta yang statis", alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir.

Dengan memberikan dasar bagi filosofi materialis, pandangan ini menyangkal adanya Sang Pencipta, dengan menyatakan bahwa alam semesta ini adalah kumpulan materi yang konstan, stabil, dan tidak berubah-ubah. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad ke-20 menghancurkan konsep-konsep primitif seperti model alam semesta yang statis. Saat ini, pada awal abad ke-21, melalui sejumlah besar percobaan, pengamatan, dan perhitungan, fisika modern telah mencapai kesimpulan bahwa alam semesta memiliki awal, bahwa alam diciptakan dari ketiadaan dan dimulai oleh suatu ledakan besar.


Selain itu, berlawanan dengan pendapat kaum materialis, kesimpulan ini menyatakan bahwa alam semesta tidaklah stabil atau konstan, tetapi senantiasa bergerak, berubah, dan memuai. Saat ini, fakta-fakta tersebut telah diakui oleh dunia ilmu pengetahuan. Sekarang, marilah kita lihat bagaimana fakta-fakta yang sangat penting ini dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.

"Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu." (Surat al-Hadid: 1-2)

Sumber: HarunYahya.Com

PEMUAIAN ALAM SEMESTA

Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson di California, seorang astronom Amerika bernama Edwin Hubble membuat salah satu temuan terpenting dalam sejarah astronomi. Ketika tengah mengamati bintang dengan teleskop raksasa, dia menemukan bahwa cahaya yang dipancarkan bintang-bintang bergeser ke ujung merah spektrum. Ia pun menemukan bahwa pergeseran ini terlihat lebih jelas jika bintangnya lebih jauh dari bumi. Temuan ini menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Berdasarkan hukum-hukum fisika yang diakui, spektrum sinar cahaya yang bergerak mendekati titik pengamatan akan cenderung ungu, sementara sinar cahaya yang bergerak menjauhi titik pengamatan akan cenderung merah. Pengamatan Hubble menunjukkan bahwa cahaya dari bintang-bintang cenderung ke arah warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang tersebut senantiasa bergerak menjauhi kita.
Tidak lama sesudah itu, Hubble membuat temuan penting lainnya: Bintang dan galaksi bukan hanya bergerak menjauhi kita, namun juga saling menjauhi. Satu-satunya kesimpulan yang dapat dibuat tentang alam semesta yang semua isinya bergerak saling menjauhi adalah bahwa alam semesta itu senantiasa memuai.

Agar lebih mudah dimengerti, bayangkan alam semesta seperti permukaan balon yang tengah ditiup. Sama seperti titik-titik pada permukaan balon akan saling menjauhi karena balonnya mengembang, benda-benda di angkasa saling menjauhi karena alam semesta terus memuai. Sebenarnya, fakta ini sudah pernah ditemukan secara teoretis. Albert Einstein, salah seorang ilmuwan termasyhur abad ini, ketika mengerjakan Teori Relativitas Umum, pada mulanya menyimpulkan bahwa persamaan yang dibuatnya menunjukkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Namun, dia mengubah persamaan tersebut, dengan menambahkan sebuah "konstanta" untuk menghasilkan model alam semesta yang statis, karena hal ini merupakan ide yang dominan saat itu. Di kemudian hari Einstein menyebut perbuatannya itu sebagai "kesalahan terbesar dalam kariernya".

Jadi, apakah pentingnya fakta pemuaian alam semesta ini terhadap keberadaan alam semesta?

Pemuaian alam semesta secara tidak langsung menyatakan bahwa alam semesta bermula dari satu titik tunggal. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa "satu titik tunggal" yang mengandung semua materi alam semesta ini pastilah memiliki "volume nol" dan "kepadatan tak terbatas". Alam semesta tercipta akibat meledaknya titik tunggal yang memiliki volume nol tersebut. Ledakan hebat yang menandakan awal terbentuknya alam semesta ini dinamakan Ledakan Besar (Big Bang), dan teori ini dinamai mengikuti nama ledakan tersebut.

Harus dikatakan di sini bahwa "volume nol" adalah istilah teoretis yang bertujuan deskriptif. Ilmu pengetahuan hanya mampu mendefinisikan konsep "ketiadaan", yang melampaui batas pemahaman manusia, dengan menyatakan titik tunggal tersebut sebagai "titik yang memiliki volume nol". Sebenarnya, "titik yang tidak memiliki volume" ini berarti "ketiadaan". Alam semesta muncul dari ketiadaan. Dengan kata lain, alam semesta diciptakan.

Fakta ini, yang baru ditemukan oleh fisika modern pada akhir abad ini, telah diberitakan Al Quran empat belas abad yang lalu:

"Dia Pencipta langit dan bumi." (QS. Al An'am:101)

Jika kita membandingkan pernyataan pada ayat di atas dengan teori Ledakan Besar, terlihat kesamaan yang sangat jelas. Namun, teori ini baru diperkenalkan sebagai teori ilmiah pada abad ke-20.

Pemuaian alam semesta merupakan salah satu bukti terpenting bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan. Meskipun fakta di atas baru ditemukan pada abad ke-20, Allah telah memberitahukan kenyataan ini kepada kita dalam Al Quran 1.400 tahun yang lalu:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa." (Surat Adz-Dzariyat:47)

Pada tahun 1948, George Gamov mengemukakan gagasan lain mengenai teori Ledakan Besar. Dia menyatakan bahwa setelah terbentuknya alam semesta dari ledakan hebat, di alam semesta seharusnya terdapat surplus radiasi, yang tersisa dari ledakan tersebut. Lebih dari itu, radiasi ini seharusnya tersebar merata di seluruh alam semesta.

Bukti "yang seharusnya ada" ini segera ditemukan. Pada tahun 1965, dua orang peneliti bernama Arno Penzias dan Robert Wilson, menemukan gelombang ini secara kebetulan. Radiasi yang disebut "radiasi latar belakang" ini tampaknya tidak memancar dari sumber tertentu, tetapi meliputi seluruh ruang angkasa. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa gelombang panas yang memancar secara seragam dari segala arah di angkasa ini merupakan sisa dari tahapan awal Ledakan Besar. Penzias dan Wilson dianugerahi Hadiah Nobel untuk temuan ini.

Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer (COBE) ke angkasa untuk melakukan penelitian mengenai radiasi latar belakang. Pemindai sensitif pada satelit hanya membutuhkan waktu delapan menit untuk menegaskan perhitungan Penzias dan Wilson. COBE telah menemukan sisa-sisa ledakan hebat yang mengawali terbentuknya alam semesta.

Bukti penting lain berkenaan dengan Ledakan Besar adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Pada penghitungan terbaru, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta sesuai dengan penghitungan teoretis konsentrasi hidrogen-helium yang tersisa dari Ledakan Besar. Jika alam semesta tidak memiliki awal dan jika alam semesta ada sejak adanya keabadian (waktu yang tak terhingga), seharusnya hidrogen terpakai seluruhnya dan diubah menjadi helium.

Semua bukti kuat ini memaksa komunitas ilmiah untuk menerima teori Ledakan Besar. Model ini merupakan titik terakhir yang dicapai oleh para ahli kosmologi berkaitan dengan awal mula dan pembentukan alam semesta.

Dennis Sciama, yang membela teori keadaan ajeg (steady-state) bersama Fred Hoyle selama bertahun-tahun, menggambarkan posisi terakhir yang mereka capai setelah terkumpulnya semua bukti tentang teori Ledakan Besar. Sciama mengatakan bahwa ia telah ambil bagian dalam perdebatan sengit antara para pembela teori keadaan ajeg dan mereka yang menguji dan berharap dapat menyangkal teori tersebut. Dia menambahkan bahwa dulu dia membela teori keadaan ajeg bukan karena menganggap teori tersebut benar, melainkan karena berharap bahwa teori itu benar. Fred Hoyle bertahan menghadapi semua keberatan terhadap teori ini, sementara bukti-bukti yang berlawanan mulai terungkap. Selanjutnya, Sciama bercerita bahwa pertama-tama ia menentang bersama Hoyle. Akan tetapi, saat bukti-bukti mulai bertumpuk, ia mengaku bahwa perdebatan tersebut telah selesai dan teori keadaan ajeg harus dihapuskan.
Prof. George Abel dari University of California juga mengatakan bahwa sekarang telah ada bukti yang menunjukkan bahwa alam semesta bermula miliaran tahun yang lalu, yang diawali dengan Dentuman Besar. Dia mengakui bahwa dia tidak memiliki pilihan lain kecuali menerima teori Dentuman Besar.

Dengan kemenangan teori Dentuman Besar, konsep "zat yang kekal" yang merupakan dasar filosofi materialis dibuang ke tumpukan sampah sejarah. Jadi, apakah yang ada sebelum Dentuman Besar, dan kekuatan apakah yang menjadikan alam semesta ini "ada" melalui sebuah dentuman besar, jika sebelumnya alam semesta ini "tidak ada"? Pertanyaan ini jelas menyiratkan, dalam kata-kata Arthur Eddington, adanya fakta "yang tidak menguntungkan secara filosofis" (tidak menguntungkan bagi materialis), yaitu adanya Sang Pencipta. Athony Flew, seorang filsuf ateis terkenal, berkomentar tentang hal ini sebagai berikut:

Semua orang tahu bahwa pengakuan itu baik bagi jiwa. Oleh karena itu, saya akan memulai dengan mengaku bahwa kaum ateis Stratonician telah dipermalukan oleh konsensus kosmologi kontemporer. Tampaknya ahli kosmologi memiliki bukti-bukti ilmiah tentang hal yang menurut St. Thomas tidak dapat dibuktikan secara filosofis; yaitu bahwa alam semesta memiliki permulaan. Sepanjang alam semesta dapat dianggap tidak memiliki akhir maupun permulaan, orang tetap mudah menyatakan bahwa keberadaan alam semesta, dan segala sifatnya yang paling mendasar, harus diterima sebagai penjelasan terakhir. Meskipun saya masih percaya bahwa hal ini tetap benar, tetapi benar-benar sulit dan tidak nyaman mempertahankan posisi ini di depan cerita Dentuman Besar.

Banyak ilmuwan, yang tidak secara buta terkondisikan menjadi ateis, telah mengakui keberadaan Yang Maha Pencipta dalam penciptaan alam semesta. Sang Pencipta pastilah Dia yang menciptakan zat dan ruang/waktu, tetapi Dia tidak bergantung pada ciptaannya. Seorang ahli astrofisika terkenal bernama Hugh Ross mengatakan:

Jika waktu memiliki awal yang bersamaan dengan alam semesta, seperti yang dikatakan teorema-ruang, maka penyebab alam semesta pastilah suatu wujud yang bekerja dalam dimensi waktu yang benar-benar independen dari, dan telah ada sebelum, dimensi waktu kosmos. Kesimpulan ini sangat penting bagi pemahaman kita tentang siapakah Tuhan, dan siapa atau apakah yang bukan Tuhan. Hal ini mengajarkan bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, dan Tuhan tidak berada di dalamnya

Zat dan ruang/waktu diciptakan oleh Yang Maha Pencipta, yaitu Dia yang terlepas dari gagasan tersebut. Sang Pencipta adalah Allah, Dia adalah Raja di surga dan di bumi.
Allah memberi tahu bukti-bukti ilmiah ini dalam Kitab-Nya, yang Dia turunkan kepada kita manusia empat belas abad lalu untuk menunjukkan keberadaan-Nya.

Sumber: HarunYahya.Com

KBI-21

Jangan bersedih, karena sesungguhnya dunia terlalu hina untuk membuat Anda bersedih. ('Aidh al-Qarni)

KBI-20

Dalam sebuah hadist shahih disebutkan: "Seandainya dunia ini di sisi Allah sama nilainya dengan sayap seekor nyamuk, niscaya Allah tidak akan pernah memberi minum seorang kafir walau seteguk air." Menurut Allah, dunia lebih tidak berharga dari sayap seekor nyamuk, inilah hakikat nilainya dan timbangannya di sisi Allah. Lalu mengapa harus takut dan resah karenanya?

KBI-19

Kebahagiaan adalah Anda merasa aman dengan diri, masa depan, keluarga, dan kehidupan Anda sendiri. Dan semua itu terhimpun dalam keimanan, ridha kepada Allah, ridha terhadap ketentuan-Nya, dan qana'ah. ('Aidh al-Qarni)


Sabtu, 10 September 2011

KESEMPURNAAN DI ALAM SEMESTA


"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah." (QS. Al Mulk: 3-4)

Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya bergerak dalam orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam keserasian. Bintang, planet, dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang ditempatinya masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui satu sama lain. Selama masa peralihan dalam beberapa contoh yang sangat terkenal yang diamati oleh para astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada keteraturan alam semesta.

Di seluruh alam semesta, besarnya kecepatan benda-benda langit ini sangat sulit dipahami bila dibandingkan dengan standar bumi. Jarak di ruang angkasa sangatlah besar bila bandingkan dengan pengukuran yang dilakukan di bumi. Dengan ukuran raksasa yang hanya mampu digambarkan dalam angka saja oleh ahli matematika, bintang dan planet yang bermassa miliaran atau triliunan ton, galaksi, dan gugus galaksi bergerak di ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Misalnya, bumi berotasi pada sumbunya dengan kecepatan rata-rata 1.670 km/jam. Dengan mengingat bahwa peluru tercepat memiliki kecepatan rata-rata 1.800 km/jam, jelas bahwa bumi bergerak sangat cepat meskipun ukurannya sangat besar.

Kecepatan orbital bumi mengitari matahari kurang-lebih enam kali lebih cepat dari peluru, yakni 108.000 km/jam. (Andaikan kita mampu membuat kendaraan yang dapat bergerak secepat ini, kendaraan ini dapat mengitari bumi dalam waktu 22 menit.)


Namun, angka-angka ini baru mengenai bumi saja. Tata surya bahkan lebih menakjubkan lagi. Kecepatan tata surya mencapai tingkat di luar batas logika manusia. Di alam semesta, meningkatnya ukuran suatu tata surya diikuti oleh meningkatnya kecepatan. Tata surya beredar mengitari pusat galaksi dengan kecepatan 720.000 km/jam. Kecepatan Bima Sakti sendiri, yang terdiri atas 200 miliar bintang, adalah 950.000 km/jam di ruang angkasa.

Kecepatan yang luar biasa ini menunjukkan bahwa hidup kita berada di ujung tanduk. Biasanya, pada suatu sistem yang sangat rumit, kecelakaan besar sangat sering terjadi. Namun, seperti diungkapkan Allah dalam ayat di atas, sistem ini tidak memiliki "cacat" atau "tidak seimbang". Alam semesta, seperti juga segala sesuatu yang ada di dalamnya, tidak dibiarkan "sendiri" dan sistem ini bekerja sesuai dengan keseimbangan yang telah ditentukan Allah.

"Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya." (QS. AlAn'am: 101-104)

Sumber: HarunYahya.Com

QASIDAH ISTIGHFAR


FESTIVAL MARAMIS

TAUSIYAH KYAI MUHAJIR AHMAD

TAUSIYAH UST. AMRIH


SHALAWAT BADRIYAH


TAUSIYAH UST. NOR AZARIZAH


TAUSIYAH UST. AKHIL HAYY


TAUSIYAH TOK GURU NIK ABDUL AZIZ


CERARAMAH UST CILIK ATTAR MUSHARIH


ORBIT DAN ALAM SEMESTA YANG BEROTASI

Salah satu sebab utama yang menghasilkan keseimbangan di alam semesta, tidak diragukan lagi, adalah beredarnya benda-benda angkasa sesuai dengan orbit atau lintasan tertentu. Walaupun baru diketahui akhir-akhir ini, orbit ini telah ada di dalam Al Quran:

"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (QS. Al Anbiya:33)

Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sistemnya, dan alam semesta yang lebih besar bekerja secara teratur seperti pada roda gigi suatu mesin. Tata surya dan galaksi kita juga bergerak mengitari pusatnya masing-masing. Setiap tahun bumi dan tata surya bergerak 500 juta kilometer menjauhi posisi sebelumnya. Setelah dihitung, diketahui bahwa bila suatu benda langit menyimpang sedikit saja dari orbitnya, hal ini akan menyebabkan hancurnya sistem tersebut. Misalnya, marilah kita lihat apa yang akan terjadi bila orbit bumi menyimpang 3 mm lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya.
"Selagi berotasi mengitari matahari, bumi mengikuti orbit yang berdeviasi sebesar 2,8 mm dari lintasannya yang benar setiap 29 km. Orbit yang diikuti bumi tidak pernah berubah karena penyimpangan sebesar 3 mm akan menyebabkan kehancuran yang hebat. Andaikan penyimpangan orbit adalah 2,5 mm, dan bukan 2,8 mm, orbit bumi akan menjadi sangat luas dan kita semua akan membeku. Andaikan penyimpangan orbit adalah 3,1 mm, kita akan hangus dan mati." (Bilim ve Teknik, Juli 1983)

Matahari
Berjarak 150 juta km dari bumi, matahari menyediakan energi yang kita butuhkan secara terus-menerus.

Pada benda angkasa yang berenergi sangat besar ini, atom hidrogen terus-menerus berubah menjadi helium. Setiap detik 616 miliar ton hidrogen berubah menjadi 612 miliar ton helium. Selama sedetik itu, energi yang dihasilkan sebanding dengan ledakan 500 juta bom atom.
Kehidupan di bumi dimungkinkan oleh adanya energi dari matahari. Keseimbangan di bumi yang tetap dan 99% energi yang dibutuhkan untuk kehidupan disediakan oleh matahari. Separo energi ini kasatmata dan berbentuk cahaya, sedangkan sisanya berbentuk sinar ultraviolet, yang tidak kasatmata, dan berbentuk panas.

Sifat lain dari matahari adalah memuai secara berkala seperti lonceng. Hal ini berulang setiap lima menit dan permukaan matahari bergerak mendekat dan menjauh 3 km dari bumi dengan kecepatan 1.080 km/jam.

Matahari hanyalah salah satu dari 200 juta bintang dalam Bimasakti. Meskipun 325.599 kali lebih besar dari bumi, matahari merupakan salah satu bintang kecil yang terdapat di alam semesta. Matahari berjarak 30.000 tahun cahaya dari pusat Bimasakti, yang berdiameter 125.000 tahun cahaya. (1 tahun cahaya = 9.460.800.000.000 km.)

Sumber: HarunYahya.com


PERJALANAN MATAHARI

"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (QS. Yasin:38)

Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari berjalan dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa yang dekat dengan bintang Vega. (Ini berarti matahari bergerak sejauh kira-kira 720.000x24 = 17.280.000 km dalam sehari, begitu pula bumi yang bergantung padanya.)
Langit Tujuh Lapis

"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi." (QS. Ath-Thalaq:12)
Dalam Al Quran Allah menyebutkan tujuh surga atau langit. Ketika ditelaah, atmosfer bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapisan. Di atmosfer terdapat suatu bidang yang memisahkan lapisan dengan lapisan. Berdasarkan Encyclopedia Americana (9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu.

Lapisan pertama TROPOSFER: Lapisan ini mencapai ketebalan 8 km di kutub dan 17 km di khatulistiwa, dan mengandung sejumlah besar awan. Setiap kilometer suhu turun sebesar 6,5 C, bergantung pada ketinggian. Pada salah satu bagian yang disebut tropopause, yang dilintasi arus udara yang bergerak cepat, suhu tetap konstan pada -57 C.

Lapisan kedua STRATOSFER: Lapisan ini mencapai ketinggian 50 km. Di sini sinar ultraviolet diserap, sehingga panas dilepaskan dan suhu mencapai 0 C. Selama penyerapan ini, dibentuklah lapisan ozon yang penting bagi kehidupan.

Lapisan ketiga MESOSFER: Lapisan ini mencapai ketinggian 85 km. Di sini suhu turun hingga -100 C.

Lapisan keempat TERMOSFER: Peningkatan suhu berlangsung lebih lambat

Lapisan kelima IONOSFER: Gas pada lapisan ini berbentuk ion. Komunikasi di bumi menjadi mungkin karena gelombang radio dipantulkan kembali oleh ionosfer.

Lapisan keenam EKSOSFER: Karena berada di antara 500 dan 1000 km, karakteristik lapisan ini berubah sesuai aktivitas matahari.

Lapisan ketujuh MAGNETOSFER: Di sinilah letak medan magnet bumi. Penampilannya seperti suatu bidang besar yang kosong. Partikel subatom yang bermuatan energi tertahan pada suatu daerah yang disebut sabuk radiasi Van Allen.

Sumber: HarunYahya.Com

Jumat, 09 September 2011

GUNUNG MENCEGAH GEMPA BUMI

"Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang." (QS. Luqman:10)
"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?" (QS. An-Naba:7)


Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung sangatlah sesuai dengan ayat Al Quran. Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada titik pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung ini "mengikat" lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat tersebut, pegunungan dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.

Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi.

Sumber: HarunYahya.Com

AIR LAUT TIDAK SALING BERCAMPUR

"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing." (QS. Ar-Rahman:19-20)

Harun Yahya menjelaskan, "pada ayat di atas ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi tidak saling bercampur akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya, bila air dari dua lautan bertemu, diduga airnya akan saling bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam cenderung seimbang. Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan. Misalnya, meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik, serta Laut Merah dan Samudra Hindia secara fisik saling bertemu, airnya tidak saling bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat batas. Batas ini adalah gaya yang disebut "tegangan permukaan"."

Sumber: http://www.harunyahya.Com

KBI-18

..., perlu diingat bahwa Al Quran bukanlah buku ilmu pengetahuan. Tujuan diturunkannya Al Quran adalah sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat-ayat berikut:
"Alif lam ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan Yang Mahakuasa lagi Maha Terpuji." (QS. Ibrahim: 1)

"… untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berpikir." (QS. Al Mu'min: 54)
Singkatnya, Allah menurunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi orang-orang beriman. Al Quran menjelaskan kepada manusia cara menjadi hamba Allah dan mencari ridha-Nya.

Sumber: HarunYahya.Com

HARUN YAHYA, "DUA KODE DALAM BESI"

Besi adalah satu dari empat unsur yang paling berlimpah di bumi. Selama berabad-abad besi merupakan salah satu logam terpenting bagi umat manusia. Ayat yang berkenaan dengan besi adalah sebagai berikut:

"…Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia." (QS. Al Hadid:25)

Ayat ini melibatkan dua kode matematika yang sangat menarik.

"Al Hadid" (besi) adalah surat ke-57 di dalam Al Quran. Nilai numerik (dalam sistem "Abjad" Arab, setiap huruf memiliki nilai numerik) huruf-huruf dari kata "Al Hadid" jumlahnya sama dengan 57, yakni nomor massa besi.

Nilai numerik (Abjad) dari kata "Hadid" (besi) sendiri, tanpa penambahan "al", jumlahnya 26, yakni nomor atom besi.

Sumber: HarunYahya.Com

Kamis, 08 September 2011

WAFIQ AZIZAH - SEBATANG POHON


WAFIQ AZIZAH - BINTI SYALBIAH


NASYID - DOA PERPISAHAN

AL-WASILAH


YA NABI SALAM ALAIKA - ASYIQIN AN NABI

BACALAH DENGAN NAMA TUHANMU

KH AHMAD SANUSI ABDULLAH


USTADZ AZHAR


USTADZ CEPOT


MAMA DEDE

BACALAH DENGAN NAMA TUHANMU

USTADZ SOLMED

BACALAH DENGAN NAMA TUHANMU

ABDULLAH GYMNASTIAR, "MENGELOLA KEINGINAN"

Ceramah KH. Zainuddin MZ (1)


KBI-17

"Saya telah membaca buku at-Tanukhi yang berjudul al-Farj Ba'dasy Syiddah, dan saya berusaha membacanya berkali-kali. Akhirnya saya menyimpulkan tiga hal:

Pertama: Adanya jalan keluar setelah kesulitan adalah sunnah yang telah berlangsung lama dan merupakan kepastian yang telah diterima secara umum. Contohnya, datangnya subuh adalah pasti setelah malam usai.

Kedua: Hal-hal yang tidak disukai justru akan banyak memberikan manfaat dan faedah yang lebih bagus dan lebih baik terhadap hamba dalam kehidupan beragama dan keduniaannya, dari pada hal-hal yang disukai.

Ketiga: Yang memberikan manfaat dan menolak mudharat sebenarnya adalah Allah Yang Maha Tinggi. Dan ketahuilah bahwa apa yang akan menimpa diri Anda tidak akan menimpa orang lain dan apa yang tidak menimpa diri Anda tidak akan pernah menimpa Anda."

Sumber: Dr. 'Aidh al-Qarni, "La Tahzan Jangan Bersedih!" (terjemahan)






Rabu, 07 September 2011

KBI-16

Teknologi penggunaan cahaya kunang-kunang dalam beragam bidang oleh para pakar  pastilah bukti akan kesempurnaan penciptaan kunang-kunang yang tak dapat dibuat oleh para pakar tersebut, dan mengilhami teknologi mereka. Semua ini merupakan cerminan kecerdasan tak tertandingi dari sang Pencipta, Allah SWT. Dialah Yang Maha Pemurah, yang menciptakan segala makhluk agar dipikirkan dan dimanfaatkan demi kemaslahatan manusia. Seharusnyalah manusia mengagungkan Allah, menghamba dan bersyukur kepadaNya. 

(Dr. Tati S. Subahar, staf pengajar di Jurusan Biologi, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesa 10, Bandung – 40132. Tel./fax. (022) 2500258, e-mail tati@bi.itb.ac.id).

KBI-15

Jika pikiran seseorang itu telah mantap terhadap Penciptanya, maka dia akan tahu bahwa ujian itu akan mendatangkan kebaikan baginya, atau menghilangkan dosa besar darinya. Dengan demikian ia akan selalu mendapatkan keuntungan yang terus berkelanjutan dan faedah yang tak pernah berhenti.

Namun sebaliknya, jika pikirannya tercurah untuk sesama makhluk, maka akan banyak sisi negatifnya, dan akan banyak kepura-puraannya. Dia akan bosan dengan posisinya yang selalu gagal mencapai yang diinginkannya. Dia merasa terlalu lama dengan ujian yang menimpanya, yang diharapkan akan segera berakhir. Dan, dia takut dengan hal-hal yang tidak menyenangkan. Padahal bisa saja semua itu tidak terjadi padanya.

Munajat itu dikatakan benar bila dilakukan antara seorang hamba dengan Rabbnya, karena dia sadar bahwa ada sesuatu yang sangat rahasia dan dia percaya terhadap apa yang dikatakan oleh kata hatinya. Sedangkan munajat yang dilakukan antara seseorang dengan sesamanya lebih sering menyakitkan, dan tidak menyentuh kemashlahatan.

Allah memiliki rahmat yang diberikan kepada orang yang telah merasa putus asa kepada-Nya. Rakhmat itu akan diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Kepada-Nya ada harapan untuk mendekatkan jalan keluar, dan memudahkan urusan. Cukuplah Allah bagiku dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.

Sumber: Dr. 'Aidh al-Qarni, "La Tahzan Jangan Bersedih!"